6:40 AM

(0) Comments

Bisnis untuk memperkaya Harta dan Jiwa

The Team of Spirit

,

Oleh: Eko Jalu Santoso

Setiap orang yang bekerja atau menjalankan bisnis tentu sudah memiliki mimpi-mimpi yang menjadi tujuan hidupnya. Sebagian dari mereka memiliki visi atau tujuan yang jauh kedepan berdasarkan nilai-nilai suara hati nuraninya, sedangkan yang lain hanya berkeinginan menjadi seorang wirausahawan terkenal dan kaya raya. Bagi mereka yang berbisnis dengan hati nurani, menjadi wirausahawan kaya raya bukanlah menjadi tujuan akhirnya. Memiliki kekayaan berlimpah bukanlah tujuan utamanya, melainkan sebagai sarana untuk memperbanyak kebaikan dan memperkaya jiwanya.


Keuntungan atau “profit” adalah penting dalam berbisnis, meski demikian keuntungan bukanlah tujuan akhirnya. Karena keuntungan dipandang sebagai sarana memberikan manfaat bagi orang lain sebanyak-banyaknya. Dengan kata lain mereka memiliki keinginan memperkaya harta dan memperkaya jiwanya secara seimbang. Karena berbisnis adalah bagian dari ibadah yang harus dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa nantinya.


Dalam Bisnis, keuntungan atau “profit” adalah darah bagi kehidupan usaha tersebut. Maka, hampir semua pelaku usaha sepakat bahwa keuntungan adalah hal yang harus diperjuangkan demi pertumbuhan usahanya. Bagi mereka yang hanya dimotivasi oleh kepentingan materialisme, maka dalam berbisnis lebih mengedepankan nilai-nilai materialisme, mendahulukan kepentingan keuntungan harta yang sebanyak-banyaknya. Akibatnya banyak pelaku bisnis yang rela melakukan berbagai terobosan baru, menempuh cara-cara yang kurang terpuji, mempercayai mistis demi keuntungan uang semata.


Seringkali mereka tidak menyadari bahwa sesungguhnya nilai keuntungan itu bukan semata-mata diukur dari besarnya uang yang dibukukan. Mereka, cenderung melakukan berbagai cara asalkan dapat mendatangkan materi kekayaan bagi hidupnya. Akibatnya mereka mudah mengabaikan nilai-nilai spiritual dalam hatinya, demi meraih keuntungan bisnisnya. Inilah yang menjadikan banyak orang kehilangan makna kesuksesan yang diperolehnya. Keberhasilan usaha dan harta yang dimilikinya tidak memberikan nilai tambah bagi kemuliaan dan kebahagiaan tertinggi hidupnya.


Mereka begitu sibuknya mencari berbagai cara dan alternatif demi memaksimalkan pendapatan dan keuntungan perusahaan. Bahkan tidak sedikit yang tanpa disadarinya telah dikuasai dan dikendalikan oleh kepentingan materi ini, hingga mengabaikan nilai-nilai spiritualitas kebenaran. Secara kasat mata kita juga dapat melihat kebanyakan orang-orang yang tenggelam dengan penyelewengan dan penipuan dalam dunia bisnis adalah orang-orang yang terlena dengan kekayaan harta, sehingga mereka mengabaikan nilai-nilai spiritual dalam hatinya. Mereka ini menjadi manusia yang begitu mendewakan harta kekayaan dan men-Tuhankan harta kekayaan.


Bisnis sesungguhnya memiliki bentangan makna yang luas, bukan semata-mata dinilai dari keuntungan uang, namun ada makna yang lebih tinggi dari keuntungan materi. Karenanya dalam berbisnis selain untuk meraih kesejahteraan materi, sebaiknya mempertimbangkan agar Bisnis yang kita lakukan, produk yang kita hasilkan dapat memberikan kontribusi kebaikan dan manfaat bagi orang lain sebesar-besarnya. Dengan demikian, berbisnis akan selalu mempertimbangkan nilai-nilai etika, moralitas dan hati nurani.


Menurut Henry David Thoreau, “A man is rich in proportion to the things he can afford to let alone. – Seseorang yang mampu hidup sederhana, maka ia tidak akan pernah merasa kekurangan.” Maknanya, kita perlu mengembangkan budaya positif dalam berbisnis, bukan hanya berorientasi pada kekayaan dan hidup kemewahan, melainkan berorientasi pada manfaat kebaikan bagi banyak orang lain. Seperti apa yang sudah dilakukan oleh Waren Buffet misalnya, perlu menjadi pembelajaran berharga bagi kita semua. Meski ia dinobatkan sebagai orang terkaya di dunia dengan total kekayaan mencapai 62 milliar dollar AS menurut majalah Forbes, ia tetap hidup sederhana di rumah yang dibelinya sejak tahun 1958 dengan harga 31 ribu dollar AS. Ia bahkan lebih senang menyumbangkan harta kekayaannya untuk kepentingan sosial kemanusiaan melalui Yayasan sosial. Tak tanggung-tanggung jumlahnya mencapai 30,7 milliar dollar AS dan tercatat sebagai penyumbang tertinggi dalam sejarah.


Demikianlah bahwa bisnis, sesungguhnya merupakan panggilan mulia dalam kehidupan. Karena Bisnis dapat menjadi jalan bagi seseorang untuk memperkaya harta kekayaan dan menggunakannya untuk memperbanyak kebaikan bagi orang lain. Bisnis dapat menjadi jalan memperoleh makna kehidupan dan kebahagiaan sejati melebihi nilai-nilai materialisme. Berbisnis dapat menjadi bagian dari ibadah dan bentuk pengabdian kita kepada Tuhan, kalau dijalankan dengan mengedepankan nilai-nilai spiritualitas kebenaran. Bisnis adalah bagian dari melayani orang lain dan harus dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa nantinya.

Mereka yang berbisnis dengan berorientasi pada manfaat kebaikan bagi orang lain, menjadikan usahanya adalah jalan untuk meraih keberkahan hidup. Dengan demikian tidak mudah dikendalikan oleh nafsu kekayaan berlebihan, tidak serakah dan tamak akan harta kekayaan dan kekuasaan berlebihan. Meskipun mungkin dapat hidup serba mewah dan modern dengan keuntungan usaha yang diperolehnya, namun tetap menjalani hidup sederhana dan lebih senang memberikan manfaat kebaikan kepada banyak orang. Hidup sederhana bukan berarti tidak memanfaatkan segala fasilitas yang memungkinkan kita lebih maju, melainkan hidup hemat, tidak boros atau berlebih-lebihan dan memiliki kepedulian yang tinggi kepada orang lain yang membutuhkan.
0 Responses to "Bisnis untuk memperkaya Harta dan Jiwa"